Muda Berprestasi

Medium Jiwa

(Inspiring Stories)

AA (nama samaran) ialah seorang atlet selam yang berprestasi berasal dari Banjarnegara, Jawa Tengah. Peselam muda ini berkelahiran di Banjarnegara, 31 Desember 2002. AA tergabung dalam kontingen Indonesia di Vietnam dalam ajang olahraga Sea Games 2022. Gadis tangguh ini telah melewati banyak rintangan hingga pada titik ini. AA telah menekuni bidang olahraga renang sejak usianya masih 5 tahun. Hingga pencapaian terbesarnya saat ini ia berhasil meraih perak pada Sea Games 2022 di Vietnam.

Tentu saja peselam muda ini sudah banyak menoreh prestasi dalam bidangnya. Namun, seperti yang kita ketahui tentu saja hal itu tidak mudah. Dengan intensitas latihan yang tinggi sementara ia harus tetap menyeimbangkan dengan pendidikan akademiknya. Tekanan yang ia alami sangat berat. 

Iya stress rasanya, capek. Tekanan dari pelatih dituntut jadi juara.” ungkapnya dalam sesi wawancara. 

Sebagai seorang remaja tentu saja AA juga mengalami konflik-konflik sosial dengan teman sebayanya. 

Sedih banget, mau nyerah rasanya. Tekanan dari mana-mana. Kalau mau cerita ke temen takut ceritanya disebar kemana-mana.” jelasnya. 

Pada saat pelatnas gadis ini merasa sedih, ketika seharusnya ia mendapat dukungan dari teman-temannya justru malah terjadi konflik antara dirinya dengan temannya. Hal tersebut tentu saja mengganggu fokus dan konsentrasi pikirannya. 

AA juga bercerita bahwa ia pernah berkonsultasi dengan seorang psikolog dari Ikatan Psikologi Olahraga selama pelatnas. Dalam organisasi tersebut beranggotakan psikolog yang menangani masalah-masalah psikis pada atlet. Konsultasi tersebut dilaksanakan seminggu 2 kali, sekali dilaksanakan secara berkelompok dan sekali dilaksanakan secara individu. Peselam muda ini beranggapan bahwa hal tersebut dirasa penting dan seharusnya terus dilakukan secara rutin, tidak hanya selama pelatnas.

Selama proses konsultasi ia ditanya, dalam perhitungan skala, seberapa semangat yang ia miliki saat ini, kenapa alasannya, dan ia juga diminta untuk bercerita kondisi yang dialami sejak awal hingga saat ini. Hanya saja gadis ini merasa takut dan kurang nyaman saat berkonsultasi karena harus bercerita kepada orang yang baru ia temui. AA juga merasa khawatir bahwa ceritanya akan sampai ke orang lain selain pelatihnya. Selain itu durasi konsultasi yang singkat juga membuatnya kurang bisa menyampaikan banyak hal. Meski demikian, berkonsultasi dengan seorang ahli tetap dirasa membantu untuk mengurangi stressnya dan hipnoterapi membuatnya merasa lebih tenang.

Hipnoterapi merupakan tipe terapi yang menggunakan teknik hipnosis, yaitu tindakan memasuki alam bawah sadar seseorang untuk memberikan sugesti tertentu. Pada kasus depresi, hipnoterapi bertujuan untuk membuat seseorang fokus dan rileks, sehingga perasaan dan emosi negatif di masa lalu bisa dikendalikan.

AA sendiri lebih senang saat menjalani konsultasi secara kelompok. Karena dalam konsultasi kelompok lebih banyak game dan pelatihan. Gadis ini lebih merasa enjoy dan asyik saat berkonsultasi secara kelompok. Sehingga ini dapat mengurangi rasa jenuhnya. Selain itu konsultasi secara berkelompok ini juga bertujuan untuk meningkatkan solidaritas antaranggota kelompok atau tim. 

Dalam kesehariannya jika ia merasa stress dan tertekan dengan kondisinya remaja ini lebih memilih untuk tidur, berdzikir mendekatkan diri kepada Tuhan, atau pergi bertemu teman-temannya. Ia juga senang bepergian seorang diri ke tempat-tempat pusat perbelanjaan atau hanya sekedar menonton film di bioskop. 

Walaupun AA memiliki ketakutan akan terulangnya konflik-konflik sosial dengan teman dan keluarga saat dalam persiapan pertandingan yang sangat mengganggu fokus dan konsentrasinya tetapi persoalan tersebut tidak memadamkan api semangatnya. Pemuda yang tangguh ini merasa tidak menyangka bahwa dirinya mampu melewati titik terberat dalam hidupnya. Saat ini AA merasa bahagia karena telah menjadi seseorang yang lebih kuat dan merasa siap juga berani untuk menghadapi tantangan-tantangan yang menantinya di depan. Baginya dukungan dan doa dari keluarga dan teman-temannya merupakan hal yang sangat penting untuknya dapat berdiri kuat hingga saat ini.

*Narasumber AA memilih untuk tidak menyebutkan nama asli dalam artikel

Capcipcup Pilihan Anak

Medium Jiwa

“Pa, Ma, aku mau lanjut ke Psikologi aja, ya?”

“Psikologi? Kenapa ga yang lain, sih?”

Tahukah teman-teman? Setiap tanggal 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional di Indonesia. Penetapan Hari Anak Nasional ini dinilai penting, mengingat anak-anak merupakan penerus generasi dan bagian dari aset kemajuan bangsa. Adanya hari perayaan ini tentu diharapkan semua lapisan masyarakat, terutama para orang tua untuk lebih memperhatikan anak-anak. Menurut Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak Indonesia (KPPAI), peringatan Hari Anak Nasional dimaknai sebagai bentuk kepedulian seluruh bangsa terhadap perlindungan anak Indonesia agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. 

Keluarga, khususnya keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak itu sendiri merupakan suatu sistem atau organisasi sosial alamiah terkecil yang memungkinkan terjadinya proses interaksi sosial dan tempat bagi anak menjalani proses tumbuh dan berkembang. Hampir pada umumnya anak-anak tumbuh dan berkembang dengan dibimbing oleh keluarga dan orang tua mereka. Orang tua berperan penting membantu anak mengembangkan potensi dan mencapai tugas perkembangan mereka sehingga anak tumbuh dengan memiliki rasa percaya diri (self confidence) dan keyakinan pada kemampuannya (self efficacy). Terlebih ketika anak beranjak usia remaja, seperti menurut Arnett (2009) bahwa masa tersebut merupakan masa dimana individu mempersiapkan diri untuk mengambil peran dan tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, serta menjadikan dirinya sebagai pusat peran dalam mengambil keputusan.

Seringkali kita temui dalam keluarga, anak lebih diposisikan sebagai objek daripada subjek. Objek yang dimaksud dalam konteks ini adalah peran anak dalam pemilihan keputusan, anak tidak dilibatkan dalam diskusi karena dianggap belum cukup mampu untuk menentukan suatu pilihan. Namun, apakah anak hanya berperan untuk mendengarkan dan menuruti segala keinginan orang tua saja?

Dapat dijumpai kasus di lingkungan sekitar kita, di mana orang tua lebih memaksakan kehendaknya tanpa mempertimbangkan kembali kondisi anak ataupun tanpa melakukan diskusi terlebih dahulu dengan anak. Anak cenderung kurang atau bahkan tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengambil keputusannya sendiri, mereka dituntut untuk hanya mengikuti permintaan orang tua.

Salah satu persoalan yang sering terjadi di kehidupan sehari-hari adalah pemilihan jurusan studi di jenjang perguruan tinggi. Ketika anak memiliki keinginan untuk memilih suatu jurusan yang sangat ia minati tetapi di lain sisi kedua orang tua tidak mendukung pilihannya tersebut sehingga terjadi perdebatan yang menyebabkan motivasi anak menurun dan mendapat tekanan stress. Pada akhirnya menyebabkan anak tidak menikmati studi yang dijalani dan mendapatkan hasil yang kurang memuaskan, apalagi ditambah ekspektasi untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Perlakuan tersebut merupakan bentuk ketidakadilan pada anak dan termasuk dalam pola push parenting, yaitu pola pengasuhan yang otoriter di mana orang tua hanya mendukung keinginan anak yang sesuai dengan keinginan mereka sendiri.

Padahal setiap anak memiliki bakat, kemampuan, dan mindset tersendiri yang unik dan patut untuk dihargai selayaknya manusia pada umumnya. Jika anak tidak diberikan kesempatan untuk berkomunikasi, berdiskusi, dan memilih keputusan untuk dirinya sendiri dapat menyebabkan beberapa dampak, seperti berikut:

  1. Anak menjadi mudah merasa takut, panik, dan putus asa akan ekspektasi yang terbentuk karena adanya tuntutan dari orang tua.
  2.  Rasa tertekan atau stress secara berlebihan, serta rendahnya self esteem.
  3. Tuntutan yang dipaksa secara terus menerus akan membuat anak sering membangkang dan sulit diatur sehingga mengganggu fase perkembangan.

Sebagai orang tua maupun orang dewasa yang berada di sekitar anak-anak, marilah kita hargai dan dengarkan keinginan mereka. Bimbing anak selama pengambilan keputusan yang diinginkan, bukan memaksakannya. Berikan mereka kesempatan untuk berpendapat, berekspresi dengan bebas, dan mengambil keputusan sebagai bentuk dukungan perkembangan hidup anak-anak sehingga mereka sadar akan tanggung jawab dan konsekuensi yang perlu dihadapi nantinya. 

Harapan untuk Hari Anak Nasional 2022, anak-anak lebih diberi kesempatan dan dibimbing sebaik mungkin dalam mengambil keputusan. Ajak anak berkomunikasi– berdiskusi, serta pahami keinginan mereka dengan menjadi pendengar yang baik agar tercipta lingkup psikologis yang positif bagi anak sehingga mengembangkan generasi penerus bangsa yang matang dan sehat secara psikologis. 

Selamat Hari Anak Nasional!

Referensi:

MIFTAHUSYAIAN, M. (2007). KEBEBASAN ANAK BEREKSPRESI DALAM KELUARGA PRESPEKTIF PENDIDIKAN DAN SOSIAL. EGALITA.

Rini, Y. S. (2014). Komunikasi Orangtua-Anak dalam Pengambilan Keputusan Pendidikan. Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi, 112-122.

Raditya, I. N. (2021, Juli 21). Hari Anak Nasional 2021: Ketahui Sejarah, Logo & Tema Peringatannya. Diakses melalui tirto.id: https://tirto.id/ghUf

Krisis pendidikan bagi anak indonesia, separah apakah? (2021, Juli 22). Retrieved from BEM FIB UNS: https://bemfib.uns.ac.id/index.php/2021/07/22/hari-anak-nasional/

Raihanal Miski, M. M. (2017). PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA REMAJA YANG MENGALAMI PENGASUHAN OTORITER. JURNAL ECOPSY, 4(3), 157-162.

Satata, D. B. (2021, Juli). Self-Disclosure Sifat Independen Anak Tunggal pada Keluarga Broken Home. JURNAL PSIKOLOGI PERSEPTUAL, 6(1), 53-65

PUSPITASARI, S. W. (2012). ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN FOKUS UTAMA KELUARGA MENDERITA DIABETES MELLITUS PADA KELUARGA TN.U KHUSUSNYA TN. U DI DESA KEDUNGWULUH LOR RT 02/RW 04 KECAMATAN PATIKRAJA. Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

https://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/selamat-hari-anak-nasional

https://motherandbeyond.id/read/19281/bahaya-push-parenting-memaksakan-kehendak-pada-anak

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/7614/05.1%20bab%201.pdf?sequence=5&isAllowed=y

https://health.detik.com/anak-dan-remaja/d-2417470/psikolog-anak-itu-bukan-cetakan-orang-tua

Biografi Alfred Binet

Sumber: google.com

Alfred Binet adalah seorang psikolog, pedagog, dan ahli grafologi Prancis, yang juga dikenal karena kontribusinya pada bidang psikologi eksperimental, psikometri diferensial, dan atas kontribusinya yang cukup besar pada pengembangan pendidikan. Ia berasal dari kota Nice, Prancis dan lahir pada 8 Juli 1857. Binet menjadi pendiri dari psikologi eksperimental di Prancis serta pendiri dari Societe Libre pour I’Etude Psychologique de I’Enfant, dan berubah nama menjadi Societe Alfred Binet setelah ia meninggal. Di tahun 1895, Binet menjadi direktur Laboratorium Psikologi Fisiologis di Universitas Sorbonne, Paris. Kontribusi Binet dalam bidang pengembangan pendidikan membuatnya dianggap sebagai bapak tes kecerdasan.

Pada tahun 1905 dan 1911 Binet danThéodore Simon mencoba mengembangkan skala yang dapat digunakan untuk pengukuran kecerdasan anak. Binet juga menerbitkan beberapa karya tentang sugesti di tahun 1900 dan histeria di tahun 1910. Test yang dikembangkan oleh Binet merupakan test intelegensi yang pertama, meskipun kemudian konsep mengenai usia mental mengalami revisi sebanyak dua kali sebelum dijadikan dasar dalam test IQ.

Pada tahun 1914, tiga tahun setelah Binet wafat, seorang psikolog Jerman, William Stern, mengusulkan bahwa dengan membagi usia mental anak dengan usia kronological (Chronological Age atau CA), maka akan lebih memudahkan untuk memahami apa yang dimaksud “Intelligence Quotient” atau IQ Rumus ini kemudian direvisi oleh Lewis Terman, dari Stanford University, yang mengembangkan test untuk orang-orang Amerika. Perhitungan statistik baru inilah yang kemudian menjadi definisi atau rumus untuk menentukan Intelligensi seseorang: IQ=MA/CA*100. Test IQ inilah yang dikemudian hari dinamai Stanford-Binet Intelligence Test yang masih sangat populer dan masih banyak digunakan  sampai dengan hari ini.

Referensi:

https://id.thpanorama.com/articles/curiosidades/alfred-binet-biografa-y-obra-del-padre-del-test-de-inteligencia.html

Kenapa Harus ke Psikolog? Kan Ada Internet

Medium Jiwa

Perkembangan teknologi yang semakin hari semakin berkembang telah mengubah kehidupan manusia. Teknologi informasi dan komunikasi menjadi satu contoh perkembangan teknologi yang paling pesat. Perkembangan teknologi informasi ternyata memiliki berbagai dampak, salah satunya adalah terbukanya kesempatan luas bagi semua orang untuk mengakses informasi apa saja yang tersedia di internet maupun sosial media. Tetapi kualitas dari informasi-informasi tersebut masih patut dipertanyakan, bisa saja informasi yang kita dapatkan justru menyesatkan, bukan?

Dengan adanya perkembangan teknologi ini memudahkan pencarian informasi terutama mengenai dunia kesehatan. Hal tersebut ditandai dengan munculnya berbagai laman yang menawarkan pelayanan kesehatan (Ryan & Wilson, 2008). Rasa ingin tahu manusia yang tinggi membuat kita ingin segera mencari jawaban yang kita perlukan, terlebih jika mempertanyakan kondisi diri kita. Pasien yang mengalami sejumlah keluhan dapat langsung menanyakan atau membaca informasi yang berkaitan dengan keluhannya di internet. Sehingga dengan cara tersebut pasien bisa mendiagnosis dirinya sendiri setelah melihat informasi (Tang & Ng, 2006) atau biasa kita kenal dengan istilah self diagnose.

Self diagnose atau mendiagnosis diri sendiri merupakan kegiatan memutuskan penyakit yang dirasakan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki atau setelah membaca informasi yang berkaitan dengan keluhan tersebut. Menurut White dan Horvitz (2009), self diagnose adalah upaya memutuskan bahwa diri sedang mengidap suatu penyakit berdasarkan informasi yang diketahui. Orang yang terbiasa mendiagnosis diri sendiri secara berlebihan disebut sebagai cyberchondria. Namun, seringkali informasi yang tersedia di halaman tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan secara medis atau tidak evidence based medicine (EBM). Padahal, seperti yang teman-teman ketahui, seharusnya seseorang baru bisa dinyatakan memiliki gangguan psikologis setelah mendapatkan penanganan khusus dan pernyataan langsung dari ahli profesional, yaitu psikolog atau psikiater. Di era modern ini, penggunaan internet dan sosial media menjadi alternatif bagi para individu tak hanya untuk berekspresi tetapi juga sebagai sumber informasi. Tidak sedikit dari masyarakat yang mencari informasi terkait gejala-gejala yang dirasakan hingga melakukan diagnosis mandiri secara mentah-mentah dan banyak pula dari mereka yang meyakini bahwa mereka mengalami suatu gangguan berdasarkan hasil pencarian yang didapatkan. Terdapat beberapa “tes” di berbagai website berbentuk pertanyaan ataupun pernyataan yang mengklaim mampu mengetahui kondisi mental seseorang.

Apakah kalian tahu? Self diagnose termasuk perilaku yang berbahaya karena selain bisa berdampak kepanikan, kegiatan tersebut juga dapat menyebabkan seseorang mengonsumsi obat yang tidak sesuai dan seseorang bisa saja menyebarkan info yang salah kepada orang lain sehingga secara beruntutan menyebabkan kekacauan lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Imas Maskanah (2022), diketahui bahwa tiga dari empat responden penelitian menyatakan bahwa self diagnose memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan mental seperti kecemasan berlebih, takut terhadap hal yang belum tentu terjadi, tertekan dan stres. Hal tersebut mengganggu responden dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Dilansir dari detik.com, Psikolog Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Retha Arjadi mengatakan bahwa self diagnose tentu akan membawa dampak yang berbahaya bagi diri sendiri. “Jika seseorang meyakini bahwa dia depresi, dapat merusak hubungan sama dirinya sendiri, serta orang lain, jadi sangat tidak disarankan untuk menetapkan penyakit tanpa konsultasi, terlebih penyakit yang cenderung menjurus kesehatan mental,” ungkapnya. Kemudian, dikutip dari artikel Gramedia, psikolog dari Universitas Indonesia mengatakan bahwa mendiagnosa diri sendiri mengidap suatu penyakit atau gangguan tertentu akan menyebabkan berbagai kekhawatiran yang tidak perlu dan jika kekhawatiran tersebut memburuk maka akan mengembangkan gangguan kecemasan.

     Oleh karena itu, meskipun saat ini teknologi berkembang dengan sangat pesat namun tidak selamanya berdampak positif. Salah satu dampaknya, yaitu self diagnose atau kegiatan memutuskan penyakit yang dirasakan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki atau setelah membaca informasi yang berkaitan dengan keluhan yang dialami. Terlebih jika informasi yang didapat berasal dari internet yang mana hal ini dapat berdampak buruk, mulai dari panik atau merasa cemas, stress, hingga mengonsumsi obat-obatan yang tidak sesuai. Perlu diingat bahwa tidak semua informasi diinternet akurat karena bisa jadi ada faktor-faktor lain yang hanya dapat dipahami oleh ahlinya terkait gejala gangguan mental yang dirasakan. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan maka sebaiknya mendiagnosis diri sendiri perlu kita hindari dan cegah. Dengan demikian, alangkah baiknya konsultasikan langsung terhadap ahlinya dalam hal ini, yaitu seorang psikolog.

Referensi:

Akbar, M. F. (2020). Analisis Pasien Self-Diagnosis Berdasarkan Internet pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. In Mutu Pelayanan Kesehatan.

Maskanah, I. (2022). Fenomena Self-Diagnosis di Era Pandemi COVID-19 dan Dampaknya terhadap Kesehatan Mental The Phenomenon of Self-Diagnosis in the Era of the COVID-19 Pandemic and Its Impact on Mental Health. 1(1), 1–10.

Utama, J., S., A. (2016). Psikologi dan Teknologi Informasi (Seri Sumbangan Pemikiran Psikologi Untuk Bangsa 2). Jakarta: HIMPSI. https://publikasi.himpsi.or.id/wp-content/uploads/fliphtml5/2/flipbook.html#p=477