Pengaruh Komunikasi Internal dalam Membangun Budaya Organisasi Biro Psikologi

Diah Ayu Pudji Lestari & Dian Juliarti Bantam

Layanan jasa psikologi saat ini telah menjadi sebuah kebutuhan yang penting bagi masyarakat. Beragam kebutuhan yang berkaitan dengan aspek-aspek psikologi seperti layanan psikotes, layanan konseling, konsultasi psikologi pelatihan, hipnoterapi, serta assesmen untuk meningkatkan potensi diri saat ini menjadi sebuah kebutuhan masyarakat untuk mencapai kondisi yang lebih komprehensif. Dimana masyarakat saat ini lebih berpikir praktis dan modern mengenai semua hal dalam kehidupan. Masyarakat mulai memahami pentingnya layanan-layanan psikologi bagi kehidupan pribadi mereka, sehingga masyarakat menyadari bahwa hal demikian perlu diperhatikan bukan hanya kesehatan secara fisik saja, namun mereka juga perlu untuk menjaga kesehatan batin. Salah satu cara untuk mendapatkan hal tersebut adalah dengan menggunakan layanan-layanan psikologi. Namun dalam memberikan layanan yang baik penyedia layanan konsultasi psikologi tentunya perlu memperhatikan kualitas sumber daya manusia yang dapat menunjang pemberian layanan psikologi pada masyarakat.

Naharuddin dan Sadegi (2013) menyatakan bahwa kunci penentu keberhasilan suatu perusahaan adalah karyawan dan komunikasi yang ada dalam perusahaam tersebut. Hal ini tentu berkaitan dengan pola komunikasi didalamnya, karena komunikasi ini berkaitan dengan hubungan kerjasama pada karyawan. Sebab komunikasi yang baik akan mengarah pada perkembangan organisasi ke arah yang lebih baik (Prabowo dkk., 2021). Organisasi atau perusahaan dapat dikatakan berhasil dalam menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas salah satunya adalah faktor komunikasi yang terjadi didalam internal organisasi yang berjalan dengan baik. Selain itu, komunikasi dalam sebuah organisasi atau perusahaan sangat diperlukan karena berperan aktif dalam membina hubungan yang baik antar karyawan, maupun pimpinan dengan karyawan. Dalam hal ini penerima pesan dalam komunikasi internal merupakan orang-orang yang berada di dalam internal organisasi tersebut. 

Komunikasi internal adalah proses penyampaian pesan-pesan yang berlangsung antar anggota organisasi, dapat berlangsung antara pimpinan dengan bawahan, pimpinan dengan pimpinan, maupun bawahan dengan bawahan (Ningrum, 2013). Sedangkan Gozal, dkk. (2021) menyatakan komunikasi adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengolahan pesan yang terjadi didalam diri seseorang atau diantara dua atau lebih dengan tujuan. Komunikasi internal didefinisikan oleh (Munthe & Tiorida, 2017) pertukaran gagasan diantara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan yang menyebabkan terwujudnya perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan struktur yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertical didalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung. Ningrum (2013) menyatakan bahwa terdapat 3 bentuk komunikasi internal yaitu ; Komunikasi Kebawah (Downward Communication), Komunikasi Keatas (Upward Communication), Komuniksi Horisontal (Horizontal Communication). Aspek-aspek komunikasi internal menurut Ningrum (2013) yang pertama kerjasama, dalam menjalankan pekerjaan dilakukan suatu kerja sama dari para pegawai yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam organisasi tersebut. Untuk itu seseorang perlu melakukan komunikasi kepada bawahannya, agar para bawahannya dalam melaksanakan tugas yang menjadi tugasnya akan lebih baik. Continue, dimana hubungan antara pimpinan dengan bawahan dan bawahan dengan bawahan secara terus menerus sehingga dalam pelaksanaan tugas para pegawai dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Hubungan sosial yang baik, perlu adanya hubungan interaksi dari pimpinan atau kepala yang mampu mengadakan komunikasi terhadap jalannya pelaksanaan suatu tugas atau pekerjaan yang dilakukan pegawai atau bawahannya agar menimbulkan kepercayaan. Mannan (2019) mengatakan mengenai ciri komunikasi interpersonal yaitu: Keterbukaan (openness), Empati (empathy), Dukungan (supportiveness), Rasa positif (positiveness), Kesetaraan (equality).

Di dalam suatu organisasi seperti Biro Psikologi yang merupakan penyedia layanan jasa psikologi proses penyampaian informasi sangat penting sekali, karena bukan saja merupakan alat untuk mencapai tujuan organisasi, tetapi juga kegiatan dalam kerja sama antara satu sama lain dalam organisasi tersebut. Proses kegiatan komunikasi yang harus diiringi oleh rasa saling pengertian sehingga dapat menciptakan kerjasama yang harmonis untuk kelancaran pekerjaan, karena di dalam organisasi dapat terwujud bila disertai dengan cara komunikasi yang baik. Di salah satu biro konsultasi psikologi dalam melakukan komunikasi berupa daily report yang masuk dalam kategori komunikasi keatas (upward communication).

Adanya komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan seperti yang diterapkan di biro psikologi, mengarah pada komunikasi yang dapat menyampaikan pendapat, yang telah dilakukan secara kontinue. Budaya organisasi merupakan pengendali dalam membentuk sikap dan perilaku anggota di dalam suatu organisasi. Secara individu maupun  kelompok seseorang  tidak akan   terlepas   dari budaya organisasi dan pada umumnya anggota organisasi akan dipengaruhi oleh beraneka ragamnya sumber daya yang ada (Rizal dkk., 2021). Berdasarkan (Nasir dkk., 2020) budaya  organisasi merupakan perangkat  sistem nilai-nilai (value), keyakinan (beliefs) atau norma-norma yang ditetapkan dan disepakati yang wajib diikuti oleh para anggota suatu organisasi, dijadikan sebagai pedoman dalam berperilaku  dan  pemecahan suatu masalah pada organisasi tersebut. Faktor-faktor Budaya Organisasi, Budaya organisasi yang kuat harus ditumbuhkan  (Yudhaningsih, 2011)  mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi budaya organisasi yaitu kepemimpinan dan komunikasi.

Budaya organisasi memiliki karakteristik yang dikemukakan oleh Agustina dan Purnaningsih (2018) yang memberikan tujuh karakteristik budaya organisasi sebagai berikut; Inovasi dan keberanian mengambil risiko (Inovation and risk taking), Perhatian terhadap detil (Attention to detail), Berorientasi kepada hasil (Outcome orientation), Berorientasi kepada manusia (People orientation), Berorientasi tim (Team orientation), Agresifitas (Aggressiveness), Stabilitas (Stability), Biro Konsultasi Psikologi Paripurna dalam budaya organisasi memiliki suatu kebiasaan yang menjadikannya sebagai suatu budaya seperti dalam melakukan komunikasi internal yang diamati oleh penulis berupa daily report dan memiliki karakteristik sesuai dengan penelitian yang dikemukakan oleh Agustina & Purnaningsih (2018). 

Komunikasi internal digunakan sebagai pondasi dari sebuah budaya organisasi dimana budaya organisasi akan menentukan atmosfer kerja sebuah organisasi  berdasarkan  nilai-nilai,  visi, misi, serta proses  kerja yang ada di organisasi. Pada saat pekerja telah memegang nilai-nilai yang sama, dan memahami pedoman kerja serta visi dan misi dari perusahaan  secara  mendetail,  maka  budaya organisasi  akan  lebih  secara nyata memberikan kontribusi bagi perkembangan suatu organisasi. 

Referensi:

Agustini, N. A., & Purnaningsih, N. (2018). Pengaruh Komunikasi Internal dalam Membangun Budaya Organisasi. Jurnal Komunikasi Pembangunan, 16(1), 89–108. https://doi.org/10.46937/16201825198

Gozal, N., Trang, I., Pandowo, M. H. C., Kepemimpinan, P. G., Dan, K., Organisasi, B., Gozal, N., Trang, I., & Pandowo, M. H. C. (2021). Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pdam Kabupaten Kepulauan Sangihe The Influence Of Leadership Style , Communication And Organizational Culture On Employee Performance At Pdam Sangihe Islands Regency Oleh : Jurnal EMBA Vol . 9 No . 3 Juli 2021 , Hal . 1413 –. 9(3), 1413–1422.

Mannan, A. (2019). Etika Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Ilmu. Jurnal Aqidah, 5(1), 22.

Munthe, K., & Tiorida, E. (2017). Pengaruh Komunikasi Internal Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Riset Bisnis Dan Investasi, 3(1), 86. https://doi.org/10.35697/jrbi.v3i1.549

Naharuddin, N. M., & Sadegi, M. (2013). Factors of Workplace Environment that Affect Employees Performance: A Case Study of Miyazu Malaysia. International Journal of Independent, 2(2), 66–78. http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2290214

Nasir, M., Taufan, R. R., Fadhil, M., & Syahnur, M. H. (2020). Budaya Organisasi Dan Disiplin Kerja Serta Nn Pengaruhnya Terhadap Kinerja Karyawan. AkMen, 17(April), 539–547. https://e-jurnal.stienobel-indonesia.ac.id/index.php/akmen/article/view/1429

Ningrum, M. E. (2013). Peranan Komunikasi Internal Di Lingkungan Kerja. Indept, 3(1), 25–30.

Prabowo, A. D., Daya, I. R., Darma, S., & Sahputra, D. (2021). Tabularasa : Jurnal Ilmiah Magister Psikologi Perspektif Komunikasi dalam Pengembangan Organisasi Communication Perspective in Organizational Development. 3(1), 87–95. https://doi.org/10.31289/tabularasa.v3i1.626

Rizal, A., Zamzam, F., & Marnisah, L. (2021). Pengaruh Budaya Organisasi, Kompensasi Dan Kompetensi, Terhadap Kinerja Karyawan Perusahaan Daerah Pasar Palembang Jaya. Integritas Jurnal Manajemen Profesional (IJMPRO), 2(1), 27–40. https://doi.org/10.35908/ijmpro.v2i1.77

Yudhaningsih, R. (2011). Peningkatan Efektivitas Kerja Melalui Komitmen, Perubahan dan Budaya Organisasi. Jurnal Pengembangan Humaniora, 11(1), 40–50. 

Video Call Sebagai Upaya Memperkuat Hubungan Pertemanan dan Meningkatkan Self Control

Latifa Setya Priani

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, juga tidak dapat menyelesaikan permasalahan atau bahkan mengendalikan dirinya dalam menghadapi masalah yang ia alami tanpa bantuan orang lain. Sehingga dalam menjalani hidupnya sangat dibutuhkan komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi yang dilakukan dengan orang lain, salah satunya yaitu dengan teman terdekat. Tak jarang ketika setiap individu memiliki masalah, ia akan mencurahkannya pada sosok teman baik atau teman terdekatnya. Meskipun hanya sekedar untuk mendengarkan keluh kesahnya sehingga membuat ia lebih tenang juga diharapkan teman baiknya mampu memberikan solusi atau memecahkan masalah yang ia alami. 

Di era digitalisasi seperti saat ini mayoritas individu memilih berkomunikasi atau menjalani hubungan pertemanan melalui virtual. Terlebih lagi akibat terdesaknya situasi pandemi covid-19 yang mau tidak mau interaksi dilakukan secara tidak langsung. Namun sebagian besar memilih untuk sekedar mengirim pesan. Perlu diketahui bahwa berkomunikasi dengan chat atau kirim pesan terdapat banyak hambatan diantaranya, pengirim pesan terkadang mengirimkan pesannya melalui media sosial disertai emosi, sehingga tidak jarang penerima pesan menangkap maksud yang berbeda dengan pengirim pesan tersebut. Belum lagi jika pengirim pesan menggunakan kata-kata penyandian atau simbolik yang maknanya kurang jelas, sehingga memiliki arti yang multi tafsir. Hambatan selanjutnya yaitu ketika penerima pesan tidak fokus dalam memahami pesan yang diterima, sehingga maksud yang didapat tidak menyeluruh, serta balasan yang diberikan oleh penerima pesan terkadang tidak menggambarkan situasi sesungguhnya.

Berdasarkan penelitian tersebut, terbukti bahwa hubungan pertemanan yang hanya melalui chat atau mengirim pesan dapat dikatakan kurang efektif, lantaran maksud dan tujuan kedua belah pihak, antara komunikan dan komunikator terkadang tidak tersampaikan dengan baik. Sehingga membuat hubungan keduanya semakin renggang dan keinginan individu untuk lebih tenang ketika bercerita dengan teman baiknya malah menjadikan ia semakin kesulitan untuk mengendalikan diri (self control), semakin tergesa-gesa dalam menentukan keputusan. Jika dibiarkan akan terjadi pelampiasan  berupa perilaku amoral yang bahkan secara tidak sadar dilakukan. Oleh karena itu diperlukannya penguatan hubungan dengan teman terdekat untuk meningkatkan self control tersebut, salah satunya yaitu dengan cara video call. Hampir semua platform media sosial menyediakan fitur tersebut. Menurut hasil wawancara dalam penelitian terdahulu mengatakan bahwa, menggunakan fitur video call untuk berkomunikasi merupakan pilihan yang terbaik dibandingkan dengan fitur chat, dikarenakan melalui video call interaksi akan lebih natural, dari bagaimana cara pengungkapan perasaan dan emosinya. Tentunya kedua belah pihak tidak mampu melakukan penipuan atau memanipulasi keadaan yang dialaminya. Pesan yang disampaikan juga dapat diterima dengan baik serta tidak ada keraguan antara kedua belah pihak. Dengan begitu hubungan pertemanan lebih baik dan teman terdekat akan lebih mudah dalam membantu kita untuk mengendalikan diri dengan memberikan feedback berupa saran ataupun solusi supaya kita lebih berpikir matang sebelum melakukan suatu tindakan. 

Dapat ditarik kesimpulan bahwasanya, manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain salah satunya yaitu teman terdekat untuk membantunya dalam mengendalikan diri ketika menghadapi suatu masalah yang ia alami. Sehingga dibutuhkannya komunikasi antara kedua belah pihak untuk berbagi cerita, memahami perasan dan emosi satu sama lain. Dalam situasi yang terbatas untuk melakukan komunikasi secara langsung, alternatif terbaik yang dapat diambil yaitu menggunakan video call. Interaksi yang dilakukan melalui video call dinilai paling efektif dikarenakan pengungkapan pesan dan ekspresi dapat tersampaikan apa adanya, tanpa dibuat-buat dan tentunya tidak menimbulkan keraguan satu sama lain. Sehingga lebih memperkuat hubungan pertemanan dan juga mampu meningkatkan self control antara kedua belah pihak. 

Referensi:

Lambuan, H., Mas’amah, & Letuna, M. A. . (2019). Penggunaan Whatsapp Sebagai Media Komunikasi Pacaran Jarak Jauh (Studi Fenomologi Terhadap Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UNDANA). Jurnal Communio : Jurnal Jurusan Illmu Komunikasi, 8(2), 1362–1391.

Syaipudin, L. (2020). Efektifitas Media Komunikasi di Tengah Pandemi: Respon Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Tulungagung. Kalijaga Journal of Communication, 1(2), 165–178.


REACH MINDFULNESS THROUGH ART THERAPY LET’S FIND OUT!

Waode Zalfa

Pernahkah kamu mendengar istilah mindfulness? Mungkin untuk kajian dalam Ilmu Psikologi, mindfulness cukup sering ditemukan terutama pada ranah ilmu Psikologi Positif. Jadi, Mindfulness adalah keadaan dimana seseorang dapat memfokuskan dan memperhatikan diri, pikiran, emosi dan dunia disekitarnya pada apapun yang sedang dilakukan saat itu. Contoh dari mindfulness ini adalah ketika kita sedang quality time dengan keluarga, sahabat, maupun kekasih, kita benar-benar menikmati obrolan dan interaksi yang ada, bukan malah sibuk dengan gadget. Praktik dari mindfulness juga bisa dilihat dari aktivitas yoga atau meditasi.

Dilansir dari verywellmind.com Di tahun 2009, Laury Rappaport mengenalkan satu konsep baru dalam praktik mindfulness dalam bukunya yang berjudul “Mindfulness and Arts Therapies”, konsep praktik baru tersebut dinamakan The Mindfulness-based art therapy (MBAT). MBAT ini merupakan suatu praktik untuk mencapai mindfulness dengan menggunakan struktur kerja dari terapi seni.

Jadi, dapat dikatakan bahwa MBAT ini akan membantu individu untuk bisa merasakan serta memfokuskan emosi dan juga pikiran mereka melalui aktivitas seni sederhana, seperti menggambar, melukis, membuat lagu hingga memahat atau membuat kreasi dari tanah liat. Sehingga mereka dapat menuangkan banyak hal di dalamnya.

PENGAPLIKASIAN DALAM KEHIDUPAN

Pada salah satu penelitian, praktik MBAT ini pernah diberikan pada pasien penderita kanker payudara dengan melalui proses seperti, menggambarkan dirinya sendiri lalu mewarnai gambar tersebut, melakukan yoga, dan lain sebagainya. Selain itu, praktik ini juga bisa lakukan dengan aktivitas sederhana yang dekat dengan kehidupan kita, seperti membuat atau mendengarkan lagu, bermain musik, memahat hingga membuat karya dari tanah liat.

MANFAAT MINDFULNESS-BASED ART THERAPY

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Pamela Newland dan Ann Bettencourt, setelah peserta melakukan praktik MBAT, mereka melaporkan bahwa ada peningkatan yang signifikan pada kondisi psikologis dan fisik mereka. Maka, dapat dikatakan manfaat dari melakukan Mindfulness-based art therapy ini antara lain, dapat mengurangi gejala kecemasan, depresi, dan kelelahan, selanjutnya meningkatkan fungsi fisik, terakhir adalah meningkatkan kualitas hidup

REFERENSI

  • Book Positive Psychology Third Edition, Shane J. Lopez, Jennifer Teramoto, C.R Snyder
  • Newland, P., & Bettencourt, B. A. (2020). Effectiveness of Mindfulness-Based Art
  • Therapy for Symptoms of Anxiety, Depression, and Fatigue: A Systematic Review and Meta-Analysis. Complementary Therapies in Clinical Practice, 101246.
  • Jalambadani, Z., & Borji, A. (2019). Effectiveness of mindfulness-based art therapy on healthy quality of life in women with breast cancer. Asia-Pacific Journal of Oncology Nursing, 6(2), 193.
  • https://www.verywellmind.com/mindfulness-based-art-therapy-4588189
  • https://www.mentalhealth.org.uk/blog/how-arts-can-help-improve-your-mental-health